web analyticsweb analytics

Senin, 10 Maret 2014

Pura yang patut di sungsung di Besakih

Babad Arya (Airlangga)

Pada abad ke-4 di kerajaan Campa di Muangthai bertahta Raja Bhadawarman; selanjutnya beliau diganti oleh Jayawarman (484M), kemudian Manorathawarman (529M), Rudrawarman (530M). Anak Rudrawarman bernama Mulawarman berlayar menyeberangi lautan dan mendirikan Kerajaan Kutai di Kalimantan Utara.
Mulawarman diganti Aswawarman; anaknya bernama Purnawarman mendirikan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, dan kemudian anak Purnawarman bernama Mauli Warmadewa mendirikan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Anak Mauli Warmadewa bernama Sri Kesari Warmadewa berlayar ke Bali dan mendirikan Pura Merajan Salonding dan Dalem Puri di Besakih. Silsilah ini dimulai sejak Sri Kesari Warmadewa.
  1. Airlangga pindah ke Jawa Timur, menjadi raja Kahuripan menggantikan Dharmawangsa Teguh Ananta Wikrama, pada tahun 1019 M dengan gelar: “Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Teguh Wikramottunggadewa”. Adik Airlangga bernama Anak Wungsu kemudian menjadi raja di Bali menggantikan ayahnya. Karena Anak Wungsu tidak ada kaitan dengan keturunan arya di bali, maka di sini tidak diuraikan lebih lanjut.
  2. Airlangga mempunyai putra mahkota dua orang; oleh karena itu kerajaan Kahuripan dipecah dua, Kediri dipimpin Sri Jaya Baya, dan Jjenggala dipimpin Sri Jaya Sabha. Setelah itu Airlangga mengundurkan diri menjadi pendeta dengan bhiseka Rsi Jatayu.
  3. Dengan seorang gadis pegunungan Airlangga mempunyai putra bernama Sira Arya Buru (Arya Timbul). Arya Buru hanya mempunyai seorang anak perempuan bernama Nyi Gunaraksa, dikawini oleh Ki Pasek Tutuan, dengan syarat Ki Pasek Tutuan seketurunan  menyembah roh Arya Buru.
  4. Cucu Sri Jaya Sabha bernama Sira Aryeng Kepakisan dilantik oleh Gajahmada menjadi patih agung di Puri Samprangan, sebagai tangan kanan raja Bali pertama yang diangkat oleh Majapahit pada tahun 1352 M yaitu Sri Aji Kresna Kepakisan.
  5. Bersama-sama Sira Aryeng Kepakisan, turut pula Sira Arya Kuta Waringin untuk memperkuat militer di Bali. Sira Aryeng Kepakisan bertugas di Puri Samprangan, sedangkan Sira Arya Kuta Waringin bertugas dan menetap di Puri Gelgel.
  6. Kiyai Kelapodiana atau Kiyai Kebon Tubuh, putra Sira Arya Kuta Waringin kemudian diangkat sebagai patih agung dengan gelar Kiyai Agung Bendesa Gelgel menggantikan Sira Aryeng Kepakisan
  7. Putra Sira Arya Kuta Waringin yang perempuan (adik bungsu Kiyai Kebon Tubuh) bernama Gusti Ayu Wini Waringin, dikawini oleh raja Sri Aji Kresna Kepakisan, menurunkan I Dewa Tegal Besung. Oleh karena itu Kiyai Kebon Tubuh dipersaudarakan (ipar) dengan Sri Aji Kresna Kepakisan. Pedarman beliau di Besakih adalah di pura Pedarmaan Dalem (dinasti Sri Aji Kresna Kepakisan). Sri Aji Kresna Kepakisan berputra: Dalem Agra Samprangan, Dalem Tarukan, Dewa Ayu Wana, Dalem Sri Semara Kepakisan, dan I Dewa Tegal Besung. Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi dari Geria Tamansari Lingga Ashrama adalah keturunan dari Dalem Tarukan.
  8. Jasa Kiyai Kelapodiana (Kiyai Kubon Tubuh) kepada Dalem Sri Semara Kepakisan adalah meminta agar Dalem Sri Semara Kepakisan (Dalem Ketut Ngulesir) bersedia pulang ke Gelgel untuk menjadi raja, menggantikan kakak beliau Dalem Agra Samprangan yang sakit. Sebelumnya Dalem Ketut Ngulesir berada di Pandak (Tabanan). Putri Kiyai Kelapodiana (Kiyai Kubon Tubuh) bernama I Gusti Ayu Midar dikawini oleh Dalem Sri Semara Kepakisan yang menjadi raja di Gelgel (Klungkung) menggantikan ayahnya, Sri Aji Kresna Kepakisan (setelah kakaknya: Dalem Agra Samprangan meletakkan jabatan pada tahun 1383 M). Jadi Kiyai Kebon Tubuh adalah mertua dari Dalem Sri Semara Kepakisan, yang selanjutnya menurunkan raja-raja Klungkung, dan sekarang menjadi para cokorda di Puri Agung Klungkung (Semarapura). Jasa Kiyai Kebon Tubuh kepada Dalem Sri Semara Kepakisan tidak hanya itu, bahkan tanah kebunnyapun diberikan kepada Dalem untuk dijadikan Istana/Puri Gelgel. Peninggalan istana itu kini ada di Merajan Agung Gelgel, bersebelahan dengan Taman Magenda. Kiyai Kubon Tubuh membangun pamerajan di Gelgel yang sekarang dinamakan pura Merajan Kawitan Kiyai Kubon Tubuh. Dalem Sri Semara Kepakisan meminta kepada Kiyai Kubon Tubuh agar menyungsung dan memelihara pura Dalem Tugu yang terletak di sebelah selatan pura Merajan Kawitan Kiyai Kubon Tubuh. Hari petirtaan kedua pura itu adalah Anggara Kasih Medangsia
  9. Cucu Pangeran Asak yang bernama I Gusti Agung Widia meng-kup raja Gelgel yang bernama Dalem Di Made, lalu menjadi raja Gelgel sejak tahun 1686m s/d 1705 M; beliau bergelar Kiyai Agung Maruti.
  10. Cicit (kumpi) Kiyai Kebon Tubuh yang bernama Kiyai Made Karang diperintahkan oleh Dalem Seganing (raja Gelgel generasi ke 3) mengawal Ki Barak (Kiayi Anglurah Panji Sakti) ke Buleleng. Kemudian beliau diangkat menjadi panglima pasukan “teruna goak” yang menyerang Tabanan dan Badung; ketika pasukan teruna goak sampai di pura Batu Karu (Tabanan) timbul pertikaian diantara pasukan teruna goak itu sendiri, sehingga penyerangan ke Tabanan dihentikan, dan pasukan teruna goak yang merasa malu karena gagal menyerang Tabanan lalu melarikan diri dan melepaskan titel arya-nya. Keturunan Kiyai Made Karang tersebar di Tabanan, Ringdikit, Sangsit, Sidetapa, Jembrana, Busungbiu, Menguwi, dan Jimbaran.
  11. Selanjutnya putra-putra Kiyai Madya Karang terpencar sebagai berikut: Kiyai Wayahan Tubuh ke Bugbug, Kiyai Gede Tubuh ke Tulamben, Kiyai Wayahan Karang ke Tianyar, Kiyai Made Karang ke Purasi, Kiyai Abian Tubuh ke Sengkidu. Putra-putra Kiyai Gede Tubuh menyebar sebagai berikut: Kiyai Karang Tubuh ke Kubutambahan, Kiyai Kubon Tubuh ke Culik, Kiyai Tubuh Tulamben ke Tulamben.
  12. Kiyai Parembu ditugaskan oleh Dalem Agra Samprangan untuk mencari Dalem Tarukan ke pegunungan di sekitar bukit Penida, tetapi tidak bertemu. Akhirnya beliau menetap di desa Bugbug Tegeh. Beliau berputra empat orang: Kiyai Wayahan Kuta Waringin, Kiyai Madya Kuta Raksa, Kiyai Lurah Wantilan, Winihayu Raresik. Putra tertua yaitu Kiyai Wayahan Kuta Waringin menikah dengan putri Kiyai Poh Tegeh (Gusti Ngurah Poh Landung keturunan Arya Getas) yang bernama Winihayu Luh Toya, sedangkan kakak Winihayu Luh Toya yang bernama Gusti Luh Puaji dinikahi oleh Dalem Tarukan menurunkan Gusti Gede Sekar dan Gusti Gede Pulasari. Salah seorang keturunan Gusti Gede Sekar saat ini adalah Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi. Jadi Dalem Tarukan dengan Kiyai Wayahan Kuta Waringin beripar.
  13. Kiyai Wayahan Kuta Waringin mengadakan upacara pelebon Kiyai Parembu, dan kemudian abu sekahnya disimpan di pura yang dibangun di tempat itu, sekarang dikenal sebagai pura Kawitan Kuta Waringin di desa Waringin, kecamatan Rendang. Hari petirtaannya adalah purnama kapat.
  14. Cucu Sri Jaya Baya yang bernama sri jaya kusuma kemudian masuk islam dan menjadi penyebar agama islam di jawa. Beliau terkenal dengan nama raden patah.
  15. Keturunan Sri Jaya Baya yang bernama  Sira Kebo Anabrang, menjadi patih Majapahit dengan gelar Sira Arya Sabrang Lor, kemudian putranya yang bernama Kebo Taruna menjadi senapati dengan gelar Sira Arya Sardula atau lebih terkenal dengan Sira Arya Kanuruhan.
  16. Peristiwa bersejarah dalam pemerintahan Dalem Sri Semara Kepakisan, terjadi di pura Merajan Kawitan Kiyai Kubon Tubuh di Gelgel adalah ditemukannya buah kelapa di bawah tanah yang sangat besar, yang membuktikan bahwa Kiyai Kubon Tubuh masih bersaudara dengan Kiyai Pangeran Nyuh Aya (keturunan Sri Jaya Sabha). Dengan peristiwa itu maka Kiyai Pangeran Nyuh Aya tidak jadi berperang dengan Kiyai Kubon Tubuh. Perselisihan itu terjadi karena Kiyai Kubon Tubuh kawin lari dengan putri Kiyai Pangeran Nyuh Aya yang bernama Ni Gusti Ayu Hadi (Winihayu Adi)
  17. Putri bungsu Kiyai Kubon Tubuh yang bernama Winihayu Abian dinikahi oleh Pangeran Kayumas, menurunkan Kiyai Bendesa Mas, sekarang warih/sentanan beliau bernama Bendesa (Manik) Mas.
  18. Kiyai Kubon Tubuh pernah diutus oleh Dalem Sri Semara Kepakisan ke Blambangan (Banyuwangi) untuk membunuh harimau hitam yang sangat ganas. Beliau berhasil membunuh, dan oleh karena itu maka Dalem Sri Semara Kepakisan memberikan anugrah antara lain sebagai berikut: seketurunan Arya Kuta Waringin/Kiyai Kubon Tubuh bila meninggal dunia, di-aben, boleh menggunakan bade tumpang pitu, berhiaskan kapas 9 warna, balai silunglung, kajang kawitan, balai lunjuk tiga undag, petulangan berbentuk harimau hitam. Benda pusaka yang dihadiahkan kepada beliau berupa sumpitan (tetulup) yang digunakan membunuh harimau di Blambangan itu. Sumpitan itu bernama Ki Macan Guguh.
Kesimpulan:
Keturunan Kiyai Madya Karang disimpulkan sebagai keturunan Kiyai Kelapodiana alias Kiayi Kebon Tubuh. Pura yang juga patut  disungsung di Besakih adalah pura Merajan Salonding dan pura Dalem Puri (dibangun oleh Sri Kesari Warmadewa), pura Pedarman Dalem Dinasti Sri Aji Kresna Kepakisan (pedarman Ida Bethara Sri Aji Kresna Kepakisan dan putra-putranya).
Dikutip dari: Lontar “Babad Arya” dan buku-buku penunjang lainnya.

Kamis, 31 Oktober 2013

Silsilah Prabu Airlangga


Para semeton sekalian, pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan silsilah Prabu Airlangga, dimana akan dirunut dari raja Bhadawarman (raja Champa abad ke 4 M) sampai ke raja Sri Udayana Warmadewa (sesuai dengan artikel tentang silsilah Sri Kesari Warmadewa) dan juga dirunut dari Ranghyang Diraja Manu sampai ke Dewi Gunapriya Darmapatni (permaisuri raja Udayana) sehingga menurunkan Prabu Airlangga (sesuai silsilah Ranghyang Dimaharaja Manu). Kemudian berdasarkan beberapa sumber, seperti di sampaikan pada link silsilah Ranghyang Dimaharaja Manu di atas, juga di sampaikan silsilah keturunan Prabu Airlangga sampai Kyai Tubuh Tulamben yang menetap di Ababi. Untuk melihat silsilah ini KLIK DISINI.
Dari beberapa masukan, ternyata ada beberapa semeton yang kesulitan mendownload software My Family Tree, untuk itu kami coba bagikan file software yang kami punya, filenya berupa File Zip, untuk menggunakannya harus diekstrak dulu, baru kemudian di instal di komputer atau laptop. Untuk mendownload File Zip My Family Tree bisa klik DISINI.
Demikian Silsilah ini kami sampaikan, semoga menambah wawasan semeton sekalian mengenai sejarah leluhur, agar dapat di ambil hikmahnya dalam kehidupan kita sehari-hari dan dalam pengabdian kita kepada bangsa dan negara.

Rabu, 23 Oktober 2013

Pasamuan Agung Pasemetonan "PPSAKK" 2013 di Bangli

Para semeton, perlu diketahui bahwa telah diselenggarakan Pesamuan Agung 2013 di Pura Dadia Arya Kubontubuh Desa Catur, Kecamatan Kintamani Bangli, Minggu 13 Oktober 2013, selain penyelenggarakan pesamuan, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan beberapa acara lainnya, yakni perayaan ulang tahun PPSAKK (Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh Kuthawaringin) ke 30 dan pemilihan Ketua Pengurus Pusat PPSAKK periode 2013 - 2018. Sejatinya ulang tahun PPSAKK jatuh pada tanggal 22 Mei 2013, namun untuk efesiensi waktu, perayaan ulang tahun PPSAKK dilangsungkan bersamaan  dengan pesamuan agung dan pergantian pengurus PPSAKK.
Dalam acara pemilihan ketua pengurus pusat PPSAKK periode 2013 - 2018 yang berlangsung secara aklamasi, kembali memposisikan Prof. I Ketut Mertha, SH., M.Hum. sebagai ketua pengurus pusat PPSAKK periode 2013 - 2018.
Untuk membaca berita selengkapnya bisa di lihat di harian Bali Post hari Rabu, 16 Oktober 2013 halaman 7, atau ke Bali Post Online atau posbali.com. Media informasi lain PPSAKK antara lain Tabloid Canti Swara dan website http://kubontubuh-kuthawaringin.org.